KLINIKHAMDALAH.COM - Seminar bekam yang diadakan oleh PBI / ABI (Asosiasi Bekam Indonesia) di Semarang, beberapa waktu lalu tergolong seminar bekam paling unik yang pernah saya ikuti.
Unik karena inilah seminar pertama tentang bekam di mana ketua panitia, narasumber, dan moderator seminar, semuanya dokter. Peserta yang mengajukan pertanyaan di sesi dialog pun kebanyakan dokter,
dan tentu saja hampir 50 % yang hadir para dokter dokter. Lebih unik lagi, semua pembicara menyimpulkan bahwa bekam merupakan metode pengobatan “terbaik”. Ah, yang benar? Masak iya? Kok bisa?
1. Dr. dr. Tauhid Nur Azhar, M. Kes, (dokter pakar immunologi) narasumber utama dalam seminar ini membawakan makalah berjudul : “Tinjauan Biomolekuler dan Immunologi Bekam”.
Dengan lugas dan cerdas, dokter sekaligus dosen di Fakultas Kedokteran UNISBA yang meraih gelar doktor di bidang immunologi dari Universitas Kebangsaan Malaysia ini
menguraikan cara kerja sistem kekebalan tubuh manusia, bagaimana sistem yang menjaga kesehatan tubuh manusia secara cerdas dan ajaib ini bisa terganggu,
lantas bagaimana bekam bisa menjadi sarana efektif untuk melatih dan meningkatkan kinerja sistem kekebalan.
2. dr. Wadda’ A. Umar, narasumber kedua, berbicara tentang “Bukti-bukti Keajaiban Bekam”. Dokter sekaligus penulis buku “Sembuh dengan Satu Titik”
ini menguraikan banyak slide yang menunjukkan hasil-hasil riset yang membuktikan efektivitas terapi bekam untuk mengatasi berbagai penyakit berat seperti:
hemofilia, kemandulan, leukemia, artritis, hodgkin desease, sindroma bahchet, dan sebagainya.
Semua hasil riset laboratorium tersebut dilakukan oleh tim medis dan farmasi yang kredibel di bawah lembaga yang berkompeten di bidang kesehatan di berbagai negara, utamanya Eropa, Cina, dan Timur Tengah.
Sayang, tidak ada satu pun riset yang dilakukan di Indonesia.
Seminar yang dihadiri oleh ratusan peserta yang memenuhi ruangan lantai satu dan dua Balaikota Semarang ini berlangsung hangat. Apalagi, dr. Zaidul Akbar, (saat ini ketua ABI/PBI)
moderator seminar sangat pandai menghangatkan suasana dengan motivasi-motivasi maupun joke-joke segarnya.
Menurut dr. Ali Ridho, salah satu tujuan diadakannya seminar ini adalah untuk mensosialisasikan terapi bekam sebagai metode terapi thibun nabawi
yang terbukti berkhasiat mengatasi berbagai penyakit yang sangat sulit ditangani dengan metode pengobatan lain.
Satu hal lagi yang membuat acara ini istimewa bagi saya, saya berangkat bersama rombongan peserta seminar dari Solo yang jumlahnya empat belas orang
dan salah satunya adalah Dr. dr. Subagyo Sukiman, Sp.U. Dokter senior spesialis urologi ini mempunyai kisah unik, sehingga tertarik mengikuti seminar.
Dua hari sebelumnya, Dokter Subagyo bercerita memiliki keluhan nyeri di punggung. Katanya, rasanya seperti “dipantek”. Sudah diobati oleh teman sejawat dokter spesialis syaraf.
Juga sudah diterapi dengan pijat refleksi. Sayangnya, rasa nyeri tak kunjung pergi. Saat itu, saya dan teman-teman menyarankan dokter untuk berbekam.
Subhaanallah, sehari setelah berbekam, dokter mengatakan kepada salah seorang teman saya, bahwa rasa nyeri itu sudah hilang.
Dan dokter pun memutuskan untuk ikut serta dalam seminar ini, setelah membatalkan salah satu acara operasi penting yang sudah beliau jadwalkan.
“Kalau ada yang meragukan efektifitas bekam, suruh dia datang kepada saya”, kata beliau seusaii seminar.
Alhamdulillah, saya mengucap syukur kepada Allah.
Bukti kebenaran thibbun nabawi semakin terkuak. Bukan hanya hadits tentang bekam yang sahih, tapi risetnya pun sahih. Apalagi testimoni tentang efektifitas terapi ini sudah mutawatir, terlalu banyak untuk dihitung.
Sungguh kasihan orang yang membutuhkan terapi ini, namun karena kurang mengerti, justru bersikap antipati.
Tampaknya, acara-acara seperti ini harus terus diadakan di berbagai kota lain.
NB : masih ada ratusan dokter-dokter yang bertestimoni tentang bagus dan berkahnya pengobatan ini, _wallahu a'lam_##
0 Response to "KETIKA PARA DOKTER BICARA TERAPI BEKAM"
Posting Komentar